Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Selasa, 04 Mei 2010

Turunkan BBM

Selasa, 04 Mei 2010
f-yardin
Gersonius Saragih//////

Turunkan BBM untuk Dongkrak Popularitas
Rakyat Diminta Tidak Terjebak///sub

PALU – Presiden SBY sedang memainkan salah satu kartu trufnya untuk menjaga popularitasnya menjelang pemilihan legislatif pada 9 April mendatang serta pemilihan presiden yang dijadwalkan berlangsung Juli 2009. Salah satu kartu truf yang sedang dimainkan pemerintahan SBY adalah menurunkan BBM jenis premium dan solar. Namun demikian masyarakat diminta tidak terjebak dengan kebijakan populis yang sedang dimainkan oleh pemerintahan SBY. Karena kebijakan menurunkan BBM semata-mata untuk meraih popularitas menjelang dua even pemilu pada 2009 ini. Penilaian itu disampaikan politisi PDIP Gersonius R Saragih, MBA, Ph D kepada Radar Sulteng kemarin (13/1). Ia mengatakan, kesimpulan bahwa kebijakan menurunkan BBM semata-mata untuk mendongkrak popularitas dapat terlihat dari sikap pemerintah yang menurunkan BBM secara perlahan-lahan pada harga minyak di pasaran dunia sudah terjun bebas. Artinya jika pemerintah menurunkan BBM premium hingga menyentuh harga Rp4.000 atau Rp3.000 perliter, pemerintah tidak akan rugi dan penurunan yang sangat signifikan ini akan langsung dirasakan oleh rakyat. Namun dengan menurunkan BBM secara perlahan hingga tiga kali, sama sekali tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap rakyat, khususnya terkait dengan recovery ekonomi.
Namun Gersonius mengatakan, kebijakan pemerintah tersebut secara kasat mata dapat dilihat adalah untuk mengambil margin keuntungan yang besar dari turunnya BBM di pasar internasional.
Ia mengatakan, seiring dengan merosotnya harga minyak dunia (crude oil) di pasar dunia dari sekitar US$ 150 perbarel pada Juni-Juli 2008 menjadi US$ 40 perbarel pada Januai 2009 momentum ini menjadi ajang saving income dan ajang penghapusan subsidi BBM untuk rakyat. Ia mengatakan, bila dibandingkan harga crude oil pada 2004 yang menyentuh level US$ 40 perbarel harga BBM di pasaran kala itu, sebesar Rp1.810 perliter dan harga solar Rp1.650 perliter dengan kurs rupiah Rp9.400 per 1 US$. Sementara saat ini urai Gersonius, ketika harga minyak dunia juga menyentuh di level US$ 40 perbarel namun harga BBM per 14 Januari 2009 adalah Rp5.000 perliter dan solar Rp4.500 dengan nilai tukar rupiah Rp10.900 per 1 US$. Dari interpretasi data tersebut katanya, telah terjadi perbedaan yang sangat besar yaitu sebesar Rp2.700. ‘’Dari sini saja pemerintah sudah mendapatkan saving income. Pertanyaannya untuk apa penerimaan dari BBM tersebut. Apakah masuk di APBN atau untuk digunakan untuk kepentingan cost politik menjelang pemilihan legislatif dan Pilpres?,’’ tanyanya. Olehnya Gerson menganjurkan rakyat tidak terpedaya dengan kebijakan pemerintah menurunkan BBM, karena sesungguhnya margin dari keuntungan BBM yang totalnya mencapai Rp25 triliun tidak diketahui masuk di pos mana. Data terakhir katanya, dana subsidi BBM di APBN masih tetap sekitar Rp40-an triliun, tidak bertambah walau pemerintah mendapatkan keuntungan yang besar akibat anjloknya harga minyak di pasaran dunia. ‘’makanya kita pertanyakan, kemana dana-dana itu,’’ katanya lagi.
Kebijakan untuk menurunkan harga BBM premium dan solar dengan cara dicicil menurut Gersonius memperlihatkan bahwa pemerintah tidak fair dalam memainkan fluktuasi minyak dunia dengan harga BBM yang berlaku di Indonesia. Ketika naik, kenaikannya dobel digit, namun saat harga BBM turun, penurunannya dicicil hingga beberapa kali. Dari sini rakyat mestinya harus paham bahwa kebijakan tersebut semata-mata untuk meraih margin (keuntungan) dari turunnya minyak dunia.
Masih menurut Gersonius jika pemerintahan SBY-JK pada aNovember 2008 dapat langsung menurunkan harga BBM dari Rp6.000 ke Rp4.000 perliter pada saat crude oil menyentuh US$ 40 perbarel maka akan memberikan dampak positif terhadap pemulihan ekonomi rakyat. Sayangnya ini tidak dilakukan karena pemerintah karena ingin mendapatkan penerimaan dari jatuhnya harga minyak dunia dengan strategi bermain pada tahapan waktu penurunan harga beberapa kali dan juga yang terpenting menurut Gersonius adalah demi pencitraan positif presiden demi menghadapi Pilpres Juli 2009 nanti. (yar)

0 komentar:

Posting Komentar