Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Sabtu, 08 Mei 2010

Satu Abad Bala Keselamatan Bersinar di Garis Katulistiwa

Sabtu, 08 Mei 2010
Menyusuri Jejak Sejarah dari Sapuran Hingga Vatulemo

PERJALANAN panjang gerakan internasional The Salvation Army atau yang dikenal Bala Keselamatan (BK) terus bergulir seiring dengan dinamika zaman. BK sebagai sebuah misi keimanan yang digelorakan sejak satu abad silam, di Inggris kini meluas ke seantero dunia. Di Indonesia BK yang lahir di dusun kecil di Sapuran – Jawa Tengah, kini telah menyebar hingga menyentuh suku-suku udik di Sulawesi Tengah.

-----------------------------------
Mengutip dari buku panduan kongres nasional BK, gerakan ini masuk ke Indonesia pada
1894, oleh Kapten Jacob Gerrit Brouwer dan Ensign Adolf Van Eemerik. Keduanya menuju Hindia Belanda – sebutan Indonesia pada waktu itu untuk melakukan misi pekabaran injil. Menempuh perjalanan selama empat bulan keduanya tiba di Tanjung Priok dengan kapal Soerabaja dari Amsterdam – Belanda.
Daerah yang dipilih menjadi basis sekaligus cikal bakal lahirnya BK di Indonesia adalahl Sapuran salah satu dusun kecil di Jawa Tengah.
Untuk kelancaran pekerjaan, keduanya mempelajari adat istiadat penduduk setempat. Dengan peralatan yang sederhana keduanya mulai melakukan misi pelayanan, seperti melayani orang sakit, memberi makan orang miskin, serta mengajar kepada para pemuda.
Pada September 1895 datang bantuan beberapa opsir dari Inggris dan pada tahun itu juga pekerjaan Bala Keselamatan di Semarang mulai meluas.
Selama 7 tahun misi pelayanan BK di Indonesia di bawah kontrol Teritori Australia, barulah BK Indonesia mempunyai teritori sendiri yang ditandai dengan diangkatnya Letnan Kolonel P. Van Rossum. Kala itu BK Indonesia masih terkosentrasi di Pulau Jawa. Bersamaan dengan hadirnya BK Teritori Indonesia BK mulai mengepakkan sayapnya ke wilayah lain di Nusantara.

Di Sulawesi Tengah kehadiran BK ditandai dengan hadirnya seorang tokoh kharismatik bernama Leonard Woodward. Nama ini sebenarnya tidak asing warga yang berdiam di lembah Palu. Bahkan karena kedekatannya dengan warga Kaili, tokoh kelahiran Talgarth daerah kecil di Breconshire – Inggris ini mendapat gelar Tua Janggo oleh warga Uma di pegunungan. Woodward alias Tua Janggo adalah pribadi yang selama hidupnya mengabdikan diri untuk suku-suku primitif. Kelompok masyarakat yang terkebelakang dan tertutup dari dunia luar. Dari sinilah Woodward menghabiskan hari-harinya. Dengan dedikasi dan penyerahan penuh pada Tuhan dalam LadangNYA, telah mengantar dan menanamkan rasa cinta pada sesama dengan mendidik orang Uma pada kehidupan yang lebih bermartabat. Buah dari perjuangannya yang panjang itu, kualitas hidup sebagian besar dari warga primitif ini telah menjadi lebih baik. Untuk mengenang sumbangsinya dalam pelayanan rohani dan kemanusiaan, pemerintah mengabadikan namanya menjadi salah satu nama ruas jalan di kota Palu.

Tak hanya Leonard Woodward yang pernah menginjakan kakinya di Bumi Tadulako ini. Sosok lain yang dikenal dalam sejarah panjang perjalanan BK di Sulawesi Tengah adalah Ensign Charles Jensen yang melakukan tugas pelayanan di pegunungan tanah Kaili dan Hendrik Loois yang melakukan misi pelayanan di daerah Kulawi dan Lindu. Di Kulawi Hendrik memulai aksi pelayanan dan tugas-tugas kemanusiaanya di wilayah dan dalam waktu yang tidak terlalu lama Hendrik Loois mulai mendirikan sekolah, klinik dan tempat-tempat penginjilan serta pelayanan sosial. Jejak Hendrik Loois dan Ensign Charles Jensen di wilayah ini masih terasa hingga saat ini. Ratusan bahkan ribuan orang di pedalaman terlayani. Tidak saja dari aspek rohani melainkan pendidikan dan sumber daya ekonomi.
Kini setelah 95 tahun perjalanan BK di daerah ini, Sulawesi Tengah mencatat peran penting dalam percaturan BK di Indonesia bahkan dunia. Ini karena BK di wilayah ini tercatat sebagai salah satu jaringan kerja terbesar di Indonesia.

Bala Keselamatan dengan misi yang diembannya sejak 115 tahun lampau telah menorehkan pencapaian tertingginya dalam perjuangan kemanusiaan. Misi yang telah berhasil mengangkat martabat kemanusiaan. Sebuah misi mulia yang diemban sejak seabad lampau. Pelita harapan yang bersinar dari dusun Sapuran – Jawa Tengah, kini bersinar di atas Katulistiwa. Sebuah misi panjang yang tak lekang oleh ruang dan waktu. pesan kemanusiaan diawali dari dusun kecil di Sapuran – Jawa Tengah hingga 115 tahun kemudian misi besar itu masih terus bergelora di atas langit Vatulemo – Sulawesi Tengah. (yardin hasan)

0 komentar:

Posting Komentar